BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak tahun – tahun awal
pengembangan konsep manajemen strategic, bermunculan lah berbagai nama,
istilah, serta jargot yang berkaitan dengan manajeman strategik. Para konsultan
manajeman menjadi laris karene mereka di sewa untuk merancang perencanaan
strategic perusahaan. Banyak sekali perusahaan dan organisasi menerapkan
perencaan strategis demi memastikan berjalannya dan perkembangan
sesuai dangan yang di rencanakan.
Kantor konsultan bain dan company,
yang sejak 1993 selalu mengadakan surve tentang alat bantu manajemen perusahaan
juga menemukan bahwa perencanaan strategi. Dalam laporan riset mereka tahun
2007 yang menyurvai 1.201 eksekutif bisnis di empat benua besar dan
menyimpulkan bahwa strategi planning di mana termasuk berfikir strategic
1.2 Rumusan masalah
Ø Apa
pengertian manajemen strategik ?
Ø Mengapa
manajemen strategi di anggap penting ?
Ø Bagaimana
gambaran tentang manajemen strategik ?
Ø Apa sajakah
karakter keputusan strategik ?
Ø Apa
peran dewan komisaris di manajemen puncak ?
Ø Bagai
mana peran penting komisaris di manajemen puncak ?
Ø Apakah ada
prinsip – prinsip tata kelola dalam perusahaan di manajemen puncak ?
1.3 Tujuan
Ø Memenuhi
tugas mata kuliah manajemen strategik
Ø Memahami
tentang manajemen strategic
Ø Mengetahui
gambaran manajemen strategik
Ø Mengetahui
karekter keputusan manajemen strategik
Ø Memahami
peranan komisaris di manajemen puncak
Ø Mengetahui
betapa pentingnya peran komisaris di manajemen puncak
Ø Mengetahui
prinsip tata kelolo perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Studi Manajemen
Strategik
2.1.1 Pengertian
Manajemen Strategic di Lihat Dari Tahap – Tahap Perkembangan.
Pendekatan manajemen strategic yang
ada sekarang, pada dasarnya sudah mengalami beberapa fase perkembangan menurut
Ansoff dan McDonnel (1990) hinggan tahun 1990 terbentuklah menjadi empat
tahapan. Bentuk awalnya di mulai pada tahun 1950 – an, saat para pelaku
pembisnis waktu itu merasa membutuhkan pendekatan yang sistematis kemana harus
mengarahkan bisnis kemasa datang. Sedangkan suatu proses yang di lakukan
oleh seorang manager adalah peencanaan strategi.
Kemudian seperti di sampaikan oleh
Ansoff dan McDonnel (1990), bentuk ke dua mulai berkembang ke kurun waktu
1970-an, waktu itu telah di sadari bahwa kalau perusahaan menginginkan kesuksesan
secara terus menerus, maka perusahaan tersebut harus mentrasfortasikan
kapabilitasnya yang di miliki dan di sesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Jadi proses perencaan kapabilitas ini di gunakan
menyesuaikan yang diperlukan untuk mendukung dan membentuk strategi baru.
Tahab yang ke tiga, terjadi pada
tahun 1970 – an, pada masa – masa ini para pelaku bisnis sudah mulai merasakan
betapa bahwa perubahan – perubahan yang terjadi di sekitar atau terjadi pada
masyarakat lebih tepatnya dan lingkungan, terjadi lebih sering dan terkadang
sulit di perkirakan. Hal – hal semacam ini memeng memerlukan suatu
penanganan yang dapat membut perusahaan siap menghadapi dan
mengantisipasi perubahan yang terjadi, tahap ini di sebut issue management,
karena di tahap ini mencoba untuk memberikan prioritas perhatian pada hal – hal
yang mengganggu perusahaan.
Tahap yang ke empat, adalah suatu
tahap di mana orang sudah menyadari, meskipun tahap – tahap yang di lakukan
pada tahap – tahap sebelumnya di rasa perlu, ada resistensi dalam organisasi
sendiri untuk menjalan kan strategic. Karene itu, pada saat ini pembahasan di
tekankan pada pengelolaan perubahan – perubahan, mulai untuk organisasi –
organisasi yang sederhana hingga organisasi yang kompleks.
Perndekatan yang sistematik dalam mengeloloa perubahan
strategi yang tardiri atas ;
a) Posisi
perubahan melalui perencaan strateggik dan kapabilitas
b) Respon
strategi yang tepat waktu melalui pengelolaan isu – isu strategic
c) Manajemen
yang sistematis atas resistensi selama implementasi strategi.
Dengan sudut pandang yang serupa dan
lengkap Wheelen dan hunger (2008) mendefinisikan manajemen strategic sebagai
sekumpulan keputusan dan tindakan managerial yang menunjukan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang, keputusan itu meliputi ; perumusan strategi, implementasi
strategi, serta evaluasi dan control”.
Dari beberapa penyataan di atas
dapat di pahami bahwa pengertian dari manajemen adalah manajemen dapat
diartikan bagaimana cara manajer (orangnya) mengatur, membimbing dan memimpin
semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang sedang digarap dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Strategik
adalah Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti
tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya
adalah kemenangan.
Manajemen strategis sendiri
merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat
oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu
organisasi, untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Pentingnya Manajemen
Strategi
Perencanaan strategi termasuk
penggunaan visi dan misi perusahaan merupakan alat bantu dan teknik yang
popular yang di gunakan oleh perusahaan – perusahaan.strategi planning
istilahnya muncul sebagai alat bantu manajemen yang paling luas di gunakan dan
paling memuaskan pelaku bisnis itu secara siknifikan. Sebenarnya yang ingin di
capai oleh perusaahaanyang menjalankan manajemen strategik adalah perusahaan
ingin berhasil dari waktu ke waktu, di tengah berbagai perubahan perubahan yang
terjadi. Suatu perusahaan membutuhkan waktu yang efisien, tepat, waktu, dan
cepat. Tetepai lebih dari itu jika terkait dengan lingkungan dan masa depan
maka mereka harus berfikir sifatnya strategik, misalnya tentang
visi, tentang pilihan cara – cara pencapaiannya, dan sebagainya.
Jadi di saat mengambil keputusan
strategis melihan bagaimana organisasinya di masa depan. Ia sekaligus juga
menyelasaikan tantangan – tantngan operasional perusahaan dari waktu kewaktu.
Pandanganya harus bersifat menyeluruh.
2.1.3 Gambaran Manajemn
Strategik
Gambaran menyeluruh ini dapat di
gunakan untuk memantau presepektif jauh kedepan. Setiap sudut pantau bukan dari
kita saja yang dapat terpantau tetaoi juga pihak – pihak di sekitar, baik yang
berhubungan langsung dan berpengaruh dengan kita maupun yang tidak langsung.
Dengan ini perusahaan memiliki presepektif jauh kedepan, tetapi tetap jelas.
Pada dasarnya ini karena perusahaan
menghadapi banyak sekali unsur yang harus di perhatikan, ada yang tidak jelas
atau samar – samar, tetapi ada pula yang nyata. Untuk melihat secara
keseluruhan pelaku bisnis perlu memahami bagaimana kondisi lingkungan eksternal
bisnis, bagaimana perkambangan industry di mana perusahan berbeda, bagaimana
kondisi sosial budaya dengan pengaruh dan segala perubahannya, perubahan
teknologi yang sangat cepat harus juga menjadi pertimbangannya, bahkan juga
peraturan – peraturan dan penerapannya di instasi pemerintah yang berpengaruh
pada bisnis dan kita harus memperhatikan gerak – gerik pesaing.
Sementara itu, disisi lainmanajeman
para menager juga harus mengamati dan menilai apa yang terjadi di dalam
perusahaan – parusahaan, ada efisiansi yang perlu di wujudkan. Mereka harus menyediakan
berbagai fasilitas demi lancarnya operasi.
Jadi, perusahaan membutuhkan sebuah
upaya sestematik yang biasa di sebut manajemen strategi, perusahaan membutuhkan
keputusan – keputusan dan tindakan – tindakan yang menentukan kinerja
perusahaan dlam jangka panjang.
2.1.4 Karekter Keputusan
Strategik
Sebuah keputusan kita katakana
bersifat strategi, setidakknya bila memenuhi tiga karakteristik, yaitu jarang
di buat, memiliki implikasi yang signifikan dan penting serta manjadi acuan
bagi keputusan – keputusan pada lefel berikutnya. Beberapa karakter tersebut
adalah ;
a) Jarang,
extraordinary, sebuah putusan strategi selalu memiliki implementasi
luas dalam organisasi. Karana itu, ia tidak bisa di ambil secara sembarangan
dengan cukup sering. Apalagi dimensi waktunya akan memakan waktu
panjang.
b) Signifikan,
penting, derajat keputusan strategis selalu penting dan
melibatkan sumberdaya dan komitmen yang besar. Bayangkan kembali individu di
atas yang memilih untuk kuliah di satu program studi di sebuah perguruan tinggi
dan keputusan itu akan berdampak siknifikan padanya.
c) Berdampak
luas, keputusan strategic berdampak dan menjadi dasar bagi keputusan –
keputusan selanjutnya bagi keseluruhan organusasi. Jadi keputusan yang bersifat
strategik akan enjadi landasan bagi keputusan – keputusan lain yang bersifat
oprasional. Adayuga yang mengatakan keputusan diterjemahkan sebagai lapangan
oleh keputusan oprasional.
2.2 Manajemen Puncak dan
Tata Kelola Perusahaan
2.2.1 Peran
Dewan Komisaris
Komisaris adalah merupakan suatu
pertahanan tyerakhir untuk memastikan antara manajemen puncak di
sebuah perusahaan telah berkerja sebagai mana mestinya. Secara umum dalam suatu
riteratur manajemen strategi dan tata laksana perusahaan, tugas – tugas pokok
komisaris adalah sebagai berikut ;
a) Memonitor,
komisaris harus selalu melihat perkembangan atau progress yang terjadi atas
rencana strategis perusahaan. Bila perlu ia mendorong terjadinya percepatan
untuk hal – hal tertentu
b) Mengevaluasi
dan mempengaruhi, komisaris mempelajari usulan, keputusan dan tindakan
manajemen; menyetujui atau tidak menyetujuinya, memberikan nasihat dan saran,
atau menyampaikan tindakan alernatif.
Dengan peran – peran seprti di ata
dengan demikian komisais juga mempunyai tanggungjawab dalam menentut arah
perusahaan. Banyak negara – negera di dunia yang kini menganut asa bahwa
tanggung jawab utama para komisaris adalah ;
a) Menginisiasi
dan menentukan, komisaris dapat menentukan misi perusahaan dan menyatakan
pilihan strategik pada manajemen.
b) Merekrut dan
memberikan manajemen puncak
c) Mengontrol
dan memonitor
d) Meninjau dan
menyetujui penggunaan sumber daya
e) Memerhatikan
kepentingan pemegang saham
Dalam prakteknya tugas ini belum
berjalan atau di lakukan dengan baik oleh para komisaris. Ada komisaris yang memang
sekedar pasang nama saja tanpa sedikit pun terlibat dalam urusan perusahaan.
Sebaliknya, adajuga yang benar – benar aktif, mamantau dan memastikan
perwujudan mis dan pencapainan visi perusahaan.
2.2.2 Anggota Dewan Komisaris
Pada sebagian perusahaan, anggota
dewan komisarisnya biasanya adalah pihak – pihak yang memiliki hubungan dekat
dengan pemegang saham. Pihak – pihak seperti ini sring di sebut dengan
komisaris internal. Karena salah satu peranannya adalah untuk menjaga peranan
pemegang saham, tentulah pertimbangan ini dapat di mengerti. Namun demikian,
bila perusahaan itu sudah menjadu publik, di mana para pemegang saham sudah
beragam.
Adanya perdagangan itu di perlukan
suatu komisaris eksternal, yang tidak lepas dari konsep “ Agency theority, yaitu
bahwa suatu masalah muncul di perusahaan karena manajamen puncak tidak mau
bertanggung jawab atas keputusan mereka kecuali mereka memiliki jumlah saham
yang cukup banyak di sebuah perusahaa. Artinya, dewan komisaris membutuhkan
orang luar untuk menjamin agar manajeman puncak terhindar dari tidak
mementngkan diri sendiri yang merugikan pemilik saham.
Uraian di atas berbeda dengan
perdagangan yan di sebut sterwardship theory. Teori ini memiliki pandangan
bahwa seseorang eksekutif junior, karena keterlibatannya dengan perusahaan,
maka sebagian pihak internal, ia justru akan melindungi kepentingan
perusahaan.
2.2.3 Peran Penting
Komisaris
Alam banyak praktiknya para
manajemen puncak seringkali sangat dominan dalam menentukan strategi dan
implementasi strategi pada perusahaan, meskipun demikian, dewan komisaris pun
pada dasarnya memiliki peran yang tidak bisa di abaikan, terutama terkait
dengan penentua karakter dari derektur utamadan arah setrategi perusahaan.
Dewan komisris mempunyai pran yang tidak kecil dari sudut pemilihan manajemen
puncak ini.
Dalam teori “ a theory of board
directed strategik change” di cantumkan bahwa dewan komisaris pada dasarnya
berperen signifikan, dalam ;
a) Menentukan
perubahan strategik yang secara efektif dan selaras dengan strategi korporat.
b) Menggunakan
suksesi direktur utama / CEO dengan merekut direktur utama dari luar untuk
menginisiasi proses perubahan
c) Memilih
direktur utama baru yang memiliki pengalaman sebelumnya dengan sterategi yang
baru, yang nantinya akan di jalan kan.
Kombinasi dari pertimbangan strategi
dan faktos psikologis dan membuat komisari memeilih direktur utama yang
memiliki pengalaman dengan strtegi korporat, yang sejalan dengan strategi
perusahaan sebelumnya.
2.2.4 Manajemen Puncak –
Direktur Utama / CEO
Manajemen puncak adalah orang yang
berperan dominan dalam perumusan strategik perusahaa. Mereka memeiliki
tanggungjawab untuk mengarahkan tindakan yang akan merealisasikan rencana
strategi yang sudah di rumuskan. Tanggung jawab direktur utama dan para direktur
lainya, sering di anggp menjadi dua hal yang pokok, yaitu ;
a) Memimpin
pelaksanaan misi dan memberikn visi strategik
Memimpin melaksanakan misi di sini
maksudnya adalah bahwa direktur utama mengarahkan semua aktifitas agar
perusahaan mancapai tujuannya. Sedangakan, yang di maksud dengan visi strategi
adalah gambaran terbaik tentang seperti apa seharusnya wujud perusahaan. Inilah
yang sering di wujudkan dalam menyatakan visi dan misi perusahaan. Di mana di
harapkan dimana sepuruh kariyawan merasa manjadi bagian dari misi dan visi
tersebut. Hal tersbut baru akan tercipta jika para directur menunjukan menjadi
contoh, dan menularkan ke pada seluruh karyawan. Paa pemimpin yang bersifat
trasformatif ini pada dasarnya mampu membuat para karyawan berkerja untuk
sesuatu yang lebih dari sekedar detail pekerjaan sehari – hari. Segala prilaku
sikap dan nilai – nilai yang di anut, dan segala tindak – tanduk menjadi acuan
dan di contoh oleh karyawan.
b) Mengelola
Proses Perencanaan Strategi
Manajemen puncak mempunyai peran
penting dalam menyesuaikan proses perencanaan strategik perusahaan. Banyak
sekali yang terjadi, rencana strategik yang sudah di rapatkan alam rapat –
rapat perencanaan, dan di rumuskan untuk di laksanakan, tidak memperoleh hasil
yang memadai, karena lemahnya pengelolaan manajemen puncak. Salah satu penyebab
utamanya adalah peran perancanaan strategi tidak muncul dari unit – unit bisnis
atau devisi – devisi dalam perusahaan. Pendekatan seperti ini di kenal dengan
pendekatan bottom – up. Jadi, tidak Top – down, di mana rencana semuanya di
rumuskan oleh manajemen puncak , sehingga pihak – pihak di unit bisns atau
devisi sekedar melaksanakan saja.
Manajeman puncak tidak memastikan
aktivitas – aktivitas yang di jaankan sesuatu dengan rencana strategi secara
keseluruhan. Pengevaluasian yang di lakukan oleh manajemen pucak atas
implimentasi dari rencna strategik, yang merupakan program dari departemen,
devisi, atau unit usaha harus dengan baik.
2.2.5 Komisaris dan
Direktur Dari Sudut Pandang Undang – Undang Perseroan Terbatas
Di Indonesia, perturan mengenai
tanggungjawab dan peran direksi serta komisaris, di atur dengan undang – undang
nomor 40 tahu 2007, tentang perseroan terbatas. Dalam UU ini, di
sebutkan bahwa komisaris dan direktur adalah organ PT, bersama denga rapat umum
pemegang saham. Direksi di rumuskan di UU PT ini sebagai organisasiperseroan
yang berwewenang dan bertanggung jawab penuh atas perusahaan perseroan untuk
kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan
baik di dalam maupun di luar pengendalian sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar. Dalam UU PT, ada unsur tugas memelihara, berhati – hati dalam mengambil
keputusan dan pengendalian kondisi perusahaan,
Ini berarti pemilik perusahaan tidak
akan semberangan dalam memilih direkturnya. Dalam praktiknya permasalahan
terkait dengan komisaris sering kali terjadi, biasanya permasalahan yang muncul
adalah ;
a) Tidak adanya
pemisahan yang tegas antara direksi dan komisris
Meskipun asas pemisahan ini sudah jelas, namun masih
banyak dalam praktiknya pemisahan tersebut tidak berjalan sebagai mana
semestinya.
b) Komposisi ke
anggotaan
Isu yang muncul dari permasalahan ini adalah
menyangkut upaya memastikan agar komposisi keanggotaan komisaris dan direksi
memungkinkan untuk dapat di capai pengambiln keputusan secara cepat, tepat,
efisien, dan berimbang
c) Proses
nominasi yang tidak transparan
Selain harus memenuhi kreteria tertentu tersebut dalam
proses penunjukan anggota komisaris dan direksi, perlu di lakukan melalui
mekanisme yang formal
d) Rendahnya
independensi
Rendahnya independensi yang merupakan suatu hal
partama bagi komisris dalam menjalankan fungsinya, dapat mengekibatkan ia
menjadi kurang objektif.
2.2.6 Prinsip – prinsip
Tata Kelola Perusahaan
Ada lima prinsip yang kini banyak di sepakati yaitu ;
a) Transparasi,
bahwa perusahaan harus menyediakan informasi yang memadai dan relevan serta
dapat di akses para pemangku kepentingan
b) Akuntabilitas,
perusahaan harus mempertanggung jawapkan kinerjanya secara transparan dan wajar,
dan di kelolo secara ter ukur
c) Responsibilitas,
perusahaan selakyaknya mengetahui aturan yang berlaku dan melaksanakan secara
bertanggung jawab
d) Independen,
organ – organ yang ada dalam perusahaan tidak saling mendominasi
e) Kesetaaan
dan kewajiban, bahwa perusahaan harus selalu memerhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan berdasarkan asas ke setaraan.
2.3 Tugas Manajemen Strategik
Menurut Tunggal
Amin Widjaja (2004), manajemen strategis terdiri dari sembilan tugas kritikal
berikut ini :
1. Memformulasi misi (mission) perusahaan termasuk
pernyataan yang luas mengenai maksud (purpose), falsafah (philosophy) dan
sasaran (goal).
2. Mengembangkan suatu
profil perusahaan yang merefleksi pada kondisi internal dan kemampuannya.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk baik
faktor kompetitif maupun faktor yang berhubungan dengan konteks umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan menandingi sumber
daya perusahaan dengan lingkungan eksternalnya.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling diiinginkan dengan
menilai setiap opsi dipandang dari sudut misi perusahaan.
6. Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang dan strategi
total (grand strategies) yang akan mencapai opsi yang paling diinginkan.
7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka
pendek yang sesuai dengan kumpulan tujuan jangka panjang yang dipilih dari
strategi secara keseluruhan (grand strategies).
8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan alat
alokasi sumber daya yang dianggarkan yaitu memadani tugas–tugas, manusia,
struktur, teknologi dan menekankan sistem ganjaran.
9. Menilai keberhasilan proses strategik sebagai masukan
untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 9), proses
manajemen strategis meliputi 4 elemen dasar, yaitu : (1) pengamatan lingkungan,
(2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan
pengendalian.
1.
Struktur adalah cara bagaimana perusahaan
diorganisasikan
2.
Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan
nilai-nilai yang diberikan oleh anggota organisasi.
3.
Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi
produksi barang dan jasa organisasi.
Analisis internal adalah proses dimana perencana
strategi mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan
pengembangan produksi dan operasi, sumberdaya dan karyawan perusahaan serta
faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan di mana letak kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) perusahaan.
David Hunger. J & Thomas L. Wheelen (1996) dalam
bukunya membagi beberapa faktor kekuatan atau kelemahan internal kunci yang
nantinya mempengaruhi dasar analisis internal :
1.
Visi, misi, strategi dan kebijakan perusahaan
2.
Budaya Perusahaan (harapan, nilai-nilai
organisasi)
3.
Orientasi perusahaan saat ini
4.
Struktur organisasi (komunikasi, wewenang dan arus
kerja)
5.
Pengalaman
6.
SDM manajemen puncak dan karyawan
7.
Hubungan karyawan
8.
Penelitian dan pengembangan (aplikasi dan
pemanfaatan teknologi)
9.
Posisi finansial (modal, pembiayaan dan hutang)
10.
Fasilitas pemanufakturan
11.
Saluran distribusi
Jauch dan Glack (dalam Iwan Setiawana, 2002)
mendefinisikan analisis eksternal sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
perencana strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang
(opportunity) dan ancaman (threat) bagi perusahaan.
1.
Lingkungan mikro atau lingkungan luar dekat atau
tugas.
2.
Lingkungan makro atau lingkungan luar jauh.
Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 17), dalam tahap
implementasi strategi, manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam
tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Pada prinsipnya, manajemen strategik terdiri atas tiga
tahapan, yaitu:
meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang
dan tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal,
pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta
pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan. Dalam hal
penyusunan strategi, Fred R. David membagi proses ke dalam tiga tahapan
aktivitas, yaitu: input stage, matching stage, dan decision stage. Termasuk di
dalam formulasi strategi adalah pembahasan tentang bisnis baru yang akan
dimasuki, bisnis yang dihentikan, alokasi sumber-sumber yang dimiliki, apakah
akan melakukan ekspansi atau diversifikasi usaha, apakah akan memasuki pasar
internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk joint-venture, serta
bagaimana untuk menghindari pangambilalihan secara paksa (hostile takeover).
meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan
kebijakan, pemotivasian pegawai, pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang
diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan
kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif,
pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan
pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan
kinerja organisasi.[bandingkan dengan Senge, 1994]. Pada tahap ini, ketrampilan
interpersonal sangatlah berperan. Sebagaimana Carl von Clausewitz (1780-1831)
dalam bukunya yang diterbitkan kembali On War, strategi bukanlah sekedar
aktivitas problem-solving, tetapi lebih dari itu strategi bersifat terbuka
(open-ended) dan kreatif untuk mempertajam masa depan dalam model chain of
command di mana suatu strategi harus dijalankan setepat mungkin (menghindari
bias-bias yang tidak perlu dalam setiap bagian struktur organisasi).
meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan
dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa
strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun
internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah: (a) menganalisa faktor-faktor
eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan; (b)
pengukuran kinerja; (c) pengambilan tindakan perbaikan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Implementasi Strategi
Implementasi
Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk
dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis merupakan
proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi tindakan melalui
pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan tetapi implementasi
merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi. Perumusan strategi dan
implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
Pengertian
yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu
sistem satu kesatuan yang memiliki
berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak
secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan
Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan strategi
organisasi. Sedang komponen kedua adalah Pelaksanaan Operasional dengan
unsur-unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan
fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja internal dan
eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik
3.2 Formulasi Strategi vs Implementasi Strategi
Proses
manajemen strategik belum dapat dikatakan selesai ketika perusahaan
memutuskan strategi apa yang akan ditempuh. Perusahaan masih harus
menterjemahkan rumusan strategi tersebut ke dalam tindakan strategik.
Kita harus selalu ingat bahwa sebaik apapun rumusan strategi, hanya
akan menjadi retorika belaka jika tidak dapat diimplementasikan
dengan baik. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat mencapai tujuan secara
optimal, maka selain harus mampu merumuskan strategi, perusahaan juga harus
mampu mengimplementasikan strategi tersebut secara efektif. Jika salah satu
“langkah” tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka tidak mustahil
perusahaan akan memetik kegagalan. Bahkan, rumusan strategi yang sempurna
sekalipun hanya akan memberikan kontribusi yang minim bagi pencapaian tujuan
perusahaan jika tidak mampu diimplementasikan dengan baik.
Banyak
perusahaan atau organisasi yang banyak menghamburkan sumberdayanya (uang,
waktu, tenaga) untuk mengembangkan rencana strategik yang “ampuh”. Namun kita
harus ingat bahwa perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action (implementasi),
bukan sekedar perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis kurang sempurna
jika diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan rumusan strategi yang sempurna namun hanya “ di atas
kertas”. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian pada 31 industri
manufaktur di mana hasilnya menunjukkan bahwa kinerja yang diperoleh perusahaan
tidak sekedar ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih
disebabkan karena efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi
tersebut.
Berdasarkan
gambar di atas, ada berbagai kemungkinan yang terjadi antara formulasi strategi
dengan implementasi strategi, yaitu :
1. Succes : Merupakan hasil yang
paling diidamkan-idamkan oleh setiap perusahaan. Situasi ini dapat terjadi
jika formulasi strategi perusahaan disusun dengan baik begitu juga dalam
implementasinya.
2. Trouble : Merupakan situasi di
mana perusahaan menyusun formulasi strateginya dengan baik
namun
implementasinya buruk.
3. Roulette : Merupakan
situasi di mana perusahaan kurang baik dalam memformulasi strateginya, namun
perusahaan melakukan implementasi yang cukup baik.
4. Failure :
kondisi ini sangat tidak dinginkan oleh perusahaan. Hal ini terjadi karena
strategi perusahaan tidak diformulasikan dengan baik, demikian juga dalam
implementasinya.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
formulasi strategi dengan implementasi strategi. Meskipun
berhubungan, secara fundamental antara formulasi strategi dengan implementasi
strategi terdapat perbedaan. Fred R. David (2005) membedakan antara formulasi
strategi dan implementasi strategi sebagai berikut.
|
FORMULASI STRATEGI
|
IMPLEMENTASI STRATEGI
|
|
1. Perumusan strategi adalah
memposisikan kekuatan sebelum
dilakukan
tindakan
|
1. Implementasi strategi
adalah
mengelola kekuatan yang “me-
manage”
semua aspek selama
tindakan
dijalankan
|
|
2. Berfokus pada efektivitas
|
2. Berfokus pada efisiensi
|
|
3. Lebih merupakan proses
intelektual
|
3. Lebih merupakan proses
operasional
|
|
4. Membutuhkan keahlian
intuitif dan
analisis
yang tajam
|
4. Membutuhkan motivasi
khusus dan
keahlian
kepemimpinan
|
|
5. Membutuhkan koordinasi
diantara
beberapa
individu
|
5. Membutuhkan koordinasi
diantara
banyak
individu
|
Dalam
penggunaan konsep dan alat perumusan strategi, sebenarnya tidak ada perbedaan
secara signifikan antara organisasi kecil, besar, organisasi yang orientasi
laba maupun nirlaba. Namun demikian, dalam implementasi strategi, ada perbedaan
secara signifikan yang didasarkan atas tipe dan ukuran organisasi. Implementasi
strategi membutuhkan tindakan-tindakan seperti: perubahan struktur organisasi,
alokasi sumberdaya, program kompensasi, merubah strategi harga, budaya
perusahaan, membuat sistem informasi manajemen yang lebih baik, dan sebagainya.
2.3 Berbagai Problem dalam Implementasi Strategi
Seperti
dikutip Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan yang masuk
daftar Fortune 500menunjukkan bahwa setengah dari
perusahaan-perusahaan tersebut menemui 10 macam problem
ketika mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut
adalah kesepuluh problem tersebut yang disusun berdasarkan tingkat
frekuensi kejadian.
1. Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan perencanaan awalnya
2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga
3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif
4. Perusahaan memberi perhatian yang berlebihan terhadap aktivitas
persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang memperhatikan implementasi
yang harus dijalankan
5. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi kurang
6. Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang memadai
7. Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal
8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer departemen kurang
memadai
9. Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci
10. Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki perusahaan kurang
memadai
2.4 Proses Implementasi Strategi Menurut Hunger
Menurut
Hunger (1996), untuk memulai proses implementasi, pihak manajemen harus
memperhatikan 3 (tiga) pertanyaan berikut.
a) Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah diformulasikan?
b) Apa yang harus dilakukan?
c) Bagaimana sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dalam implementasi akan
melaksanakan berbagai aspek yang diperlukan?
2.4.1 Siapa yang Akan Melaksanakan Implementasi?
Dibandingkan
dengan pihak yang merumuskan strategi, biasanya pihak yang
melakukan implementasi strategi jumlahnya lebih banyak. Pada perusahaan
multi industri yang besar, pelaksana strategi adalah setiap orang dalam
organisasi tersebut. Para direktur fungsional (pemasaran, SDM, operasi, dan
keuangan), para direktur divisi atau SBU (strategic business
unit) akan bekerja sama dengan para karyawannya untuk
mengimplementasi seluruh rumusan yang telah dibuat dalam skala
besar. Sedangkan para manajer pabrik, manajer proyek dan kepala-kepala
unit akan mengimplementasi rumusan strategi tersebut secara rinci dan dalam
skala yang lebih kecil. Oleh karena itu setiap manajer operasi harus
mampu mengawasi implementasi rencana strategis sampai pada tingkat lini pertama
Untuk mendukung hal itu maka karyawan harus dilibatkan dalam
berbagai proses implementasi, baik pada level korporat, unit bisnis
maupun fungsional.
Tidak
sedikit orang yang mempunyai peran penting dalam implementasi strategi justru
kurang banyak dilibatkan dalam pengembangan strategi. Akibatnya, hal ini
berpotensi memunculkan resistensi bagi mereka. Resistensi ini akan semakin
tampak jika perubahan misi, tujuan, strategi dan berbagai kebijakan
penting perusahaan tidak dikomunikasikan secara jelas dan
transparan kepada seluruh manajer operasional. Jika ini terjadi, bisa terjadi
para manajer operasional tersebut akan berusaha mempengaruhi
manajemen puncak untuk meninggalkan perubahan baru yang
direncanakan, dan kembali ke cara lama. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan
kejadian buruk tersebut, maka perusahaan harus melibatkan manajer tingkat
menengah dalam seluruh proses, baik dalam perumusan strategi maupun
implementasinya.
2.4.2 Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk
mendukung implementasi strategi yang telah dirumuskan, para manajer divisi
dan manajer wilayah fungsional harus saling bekerja sama dengan
manajer lainnya dalam mengembangkan program, merancang anggaran dan
prosedur yang diperlukan untuk mewujudkan apa yang telah
dirumuskan. Hal ini berarti para manajer tersebut harus bekerjasama
untuk mencapai sinergi diantara mereka agar mampu memperoleh dan
mempertahankan keunggulan bersaing bagi perusahaan tersebut.
2.4.2.1 Mengembangkan Program,
Anggaran, dan Prosedur
Pengembangan
program dibuat dengan tujuan agar strategi yang telah dibuat dapat
diimplementasikan dalam suatu “tindakan” (action-oriented). Sebagai
contoh, PT. AA yang bergerak dalam industri garmen memutuskan
untuk melakukan integrasi vertikal ke hilir sebagai pilihan strateginya.
Dalam hal ini PT.AA membeli jaringan toko pakaian jadi milik PT. BB.
Untuk menyatukan toko-toko tersebut, pihak manajemen dapat mengembangkan
berbagai program pendukung, misalnya:
1) Melakukan program restrukturisasi untuk mengalihkan toko-toko PT. BB ke
dalam rantai komando pemasaran PT. AA. Dengan adanya restrukturisasi tersebut,
para manajer toko berada dalam satu rantai
komando. .
2) Mengembangkan program periklanan secara terpadu.
3) Mengadakan program pelatihan bagi para manajer toko yang baru dan para
manajer eks PT. BB yang masuk dalam tim manajemen yang baru.
4) Menyusun prosedur baru dalam hal pelaporan keuangan untuk
menyatukan toko-toko PT. BB ke dalam sistem akuntansi PT. AA
5) Mengadakan program modernisasi untuk mempersiapkan toko-toko
PT. BB bergabung secara resmi dengan PT. AA.
Setelah
menyusun semua program yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun anggaran. Melalui anggaran, pihak manajemen dapat memperkirakan biaya
yang harus dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengimplementasi strategi yang telah
dipilihnya. Selain itu, hal ini juga dapat menjadi petunjuk bagi
perusahaan apakah strategi yang dipilihnya dapat diimplementasikan (sebagaimana
sering terjadi, strategi yang tampaknya ideal temyata banyak
kendala, bahkan benar-benar tidak dapat diimplementasikan).
Proses
perancangan dan penyusunan anggaran program, divisional maupun perusahaan, akan
merupakan “trigger” bagi pihak manajemen untuk mengembangkan standard
operating procedures (SOP). SOP berisi rincian beragam kegiatan
yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah program perusahaan. Seperti dalam
kasus akuisisi PT. AA terhadap gerai eceran PT. BB, SOP yang baru harus segera
dibuat untuk berbagai hal, misalnya untuk kepentingan promosi, pemesanan
persediaan, pemilihan barang dagangan, layanan pelanggan, fasilitas belanja
kredit, distribusi gudang penyimpanan, penetapan harga, penanganan
pelayanan pelanggan dan sebagainya.
Masih dalam
konteks PT. AA, SOP yang disusun akan memastikan bahwa operasional harian
di seluruh toko jaringan PT. AA akan selalu tetap dan ajeg sepanjang
waktu (misalnya, kegiatan minggu yang akan datang akan sama dengan
kegiatan minggu ini; setiap toko akan beroperasi pada standar pelayanan
yang sama, dan lain-lain). Contoh lain misalnya McDonald, untuk
memastikan bahwa semua kebijakannya telah diimplementasikan dengan baik
oleh setiap orang di semua gerainya, maka perusahaan makanan cepat saji ini
berhasil mengembangkanberbagai prosedur operasional yang sangat
rinci dan menjadikannya sebagai kebijakan yang harus diikuti oleh
setiap anggota organisasi.
Mencapai Sinergi
Salah satu
tujuan yang harus dicapai dalam implementasi strategi adalah memperoleh
sinergi di antara berbagai fungsi dan unit bisnis yang ada.
Divisi perusahaan dikatakan memperoleh sinergi apabila ROI dari setiap
divisi perusahaan tersebut lebih besar daripada ROI ketika divisi-divisi
tersebut terpisah sebagai unit bisnis yang mandiri. Proses akuisisi
ataupun penambahan lini produk sering dijadikan alasan untuk
mendapatkan keunggulan dalam fungsional tertentu dalam suatu perusahaan.
Sebagai contoh,
ketika Ralston Purina mengakuisisi lini produk Union Carbide (Eveready dan Energizer),
para pimpinan Ralston berargumen bahwa dengan melakukan akuisisi, perusahaan
tersebut akan memperoleh margin keuntungan yang lebih besar dalam
lini produk baterai daripada yang dapat dilakukan oleh Union
Carbide. Perusahaan Ralston Purina menganggap bahwa proses akuisi
mampu membuat harga baterai lebih murah karena adanya keunggulan dalam
periklanan, promosi dan distribusi.
Igor Ansoff
(1993) menyatakan bahwa ada empat jenis sinergi yang seringkali mempengaruhi
keberhasilan implementasi strategi, yaitu:
1. Sinergi Pemasaran:
Sinergi ini dapat
tercipta melalui kerjasama antara distribusi, wiraniaga, dan
atau gudang penyimpanan. Misalnya, sebuah lini produk yang lengkap dari
produk-produk yang terkait satu sama lain dapat menciptakan sinergi yang
meningkatkan produktivitas wiraniaga. Sinergi melalui program
promosi bersama dapat melipatgandakan keuntungan dengan biaya
yang relatif lebih kecil.
2. Sinergi Operasional
Sinergi ini
dapat diperoleh melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas
bersama atau melalui pembelian kebutuhan operasional bersama dalam jumlah
besar. Dalam hal ini berarti ada pembagian biaya overhead bersama
.
3. Sinergi Investasi:
Sinergi
investasi dapat tercipta melalui penggunaan fasilitas produksi dalam
pabrik secara bersama, pembelian persediaan bahan baku secara bersama,
penggunaan peralatan dan mesin-mesin pengolah secara bersama, dan sebagainya.
4. Sinergi Manajemen
Manajemen
yang berkompeten merupakan sesuatu yang langka, sehingga penambahan unit bisnis
baru atau produk baru dapat mempertinggi keseluruhan kinerja. Sebagai contoh,
pada saat sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lainnya, pihak perusahaan
pengakuisisi mengetahui benar SDM yang akan menduduki posisi kunci, rasio untuk
menguji kinerja.
2.4.3 Bagaimana sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dalam
implementasi akan melaksanakan berbagai aspek yang diperlukan?
Pada
pembahasan sebelumnya kita telah membahas pentingnya pengembangan program,
penyusunan anggaran dan pembuatan prosedur di mana semuanya itu dimaksudkan
untuk mewujudkan apa yang telah dirumuskan. Di luar itu semua, ada hal
lain yang lebih krusial yang harus dilakukan oleh pihak manajemen, diantaranya
adalah bagaimana cara penataan staf, bagaimana mengarahan dan mengendalikan
mereka. Dalam hal ini, pembahasan akan difokuskan pada masalah penataan dan
pengarahan staf.
1. Penataan Staf (Staffing)
Implementasi
strategi seringkali membutuhkan berbagai prioritas baru dalam pengelolaan
sumberdaya manusia. Beberapa perubahan tertentu mungkin berimplikasi pada
dibutuhkannya orang-orang baru dengan kompetensi baru, memperhentikan
orang-orang yang kompetensinya tidak sesuai atau tidak memenuhi standar,
melatih kembali karyawan yang ada dan sebagainya. Dalam pembahasan struktur
organisasi kita mengenal “jargon”structure follow strategy, maka dalam penataan
staf ini juga demikian, dalam arti penataan staf mengikuti strategi. Artinya,
dalam merekrut manajer pun perusahaan harus menyesuaikan dengan strategi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa figur manager ataupun CEO yang
tepat untuk sebuah perusahaan adalah bergantung pada arah strategis
yang diinginkan oleh perusahaan atau unit bisnis tersebut. Sebagai contoh,
perusahaan yang mengambil strategi konsentrasi dengan penekanan pada integrasi
vertikal ataupun horisontal, mungkin membutuhkan eksekutif puncak yang agresif
dengan pengalaman luas pada industri tertentu. Sedangkan untuk strategi
diversifikasi adalah sebaliknya, di mana untuk strategi ini dibutuhkan CEO
dengan kemampuan analitis yang tajam, mempunyai pengetahuan yang luas tentang
berbagai industri lainnya dan mampu mengelola beerbagai lini produk yang
berbeda.
2. Pengarahan (Directing)
Implementasi
juga terkait dengan pengarahan staf untuk menggunakan kompetensinya pada
tingkat yang paling optimal untuk mencapai sasaran perusahaan. Tanpa adanya
pengarahan, staf cenderung melakukan pekerjaan sesuai cara pandang
mereka. Mereka mungkin melakukan pekerjaan berdasarkan pengalaman masa lalu
atau menekankan pekerjaan pada hal-hal yang paling mereka senangi – tanpa
memperhatikan apakah yang mereka kerjakan sudah sesuai dengan arah strategis
yang baru. Pengarahan dapat berbentuk kepemimpinan dari pihak manajemen,
mengkomunikasikan norma perilaku dari budaya perusahaan, atau membangun
kesepakatan diantara para pegawai sendiri dalam kelompok kelompok kerja yang
otonom.
Untuk
mengarahkan strategi bari dengan efektif, manajemen puncak harus mendelegasikan
wewenang dan tanggungjawabnya dengan tepat kepada para manajer operasionalnya.
Meraka harus mampu mendorong pegawai untuk berperilaku sesuai dengan
cara-cara yang diinginkan oleh perusahaan dan mengkoordinasikan tindakan untuk
menghasilkan kinerja yang optimal.
2.4.4 Proses Implementasi Strategi Menurut Certo,dkk.
Bagaimana
cara mengimplementasikan strategi dengan baik ? Untuk menjawab pertanyaan itu,
Certo dan Peter memperkenalkan suatu model mengenai langkah-langkah
utama yang seharusnya ditempuh perusahaan dalam mengimlementasikan strategi.
langkah-langkah
utama yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam mengimplementasikan strategi
adalah:
A. Menganalisis Perubahan
Ketika
membicarakan perubahan, ada jargon yang selalu didengungkan, yaitu:”Di dunia
ini tidak ada sesuatu yang pasti kecuali perubahan itu sendiri”. Ada banyak
aspek yang memicu perubahan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal
perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus menganalisis perubahan yang
akan terjadi seandainya formulasi strategi yang telah disepakati bersama
diimplementasikan. Melalui analisis ini perusahaan memperhitungkan
secara rinci seberapa besar perusahaan akan berubah, apakah secara sangat
sederhana dimana tidak ada perubahan strategi yang signifikan, sampai kepada
perubahan yang kompleks, misalnya merubah misi perusahaan. Perubahan strategi
dapat diklasifikasikan dalam 5 level perubahan, di mana semakin besar
perubahan maka akan semakin kompleks usaha untuk mengimplementasi.
Adapun 5 level perubahan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Continuation : Pola
ini terjadi karena perusahaan mengulang strategi yang sama dengan strategi yang
digunakan pada periode sebelumnya. Karena strategi ini pernah dilakukan
sebelumnya, maka tidak banyak membutuhkan kemampuan atau aktivitas yang baru.
Bahkan, melalui pengalaman sebelumnya akan mampu membuat perusahaan
beroperasi lebih efisien.
b) Routine Change :
Perubahan ini dilakukan perusahaan untuk meningkatkan “daya tarik
pasarnya” (market appeal) agar konsumen lebih
terpikat. Dalam strategi ini, biasanya perusahaan melakukan
perubahan appeal (daya tarik) dari iklannya, kemasan, harga,
metode distribusi, dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini, perubahan yang
dilakukan bukanlah perubahan yang signifikan, sebab perusahaan masih menekuni
industri yang sama dan format organisasinyapun tidak berubah.
c) Limited Change :
Perubahan ini dilakukan karena perusahaan menawarkan produk baru pada pasar
yang baru. Dalam hal ini, kendati perusahaan masih beroperasi dalam industri
yang sama, namun akibat perubahan produk baru tersebut maka format
organisasipun ikut mengalami perubahan.
d) Radical Change : Dalam hal
ini perusahaan melakukan suatu strategi cukup “mendasar” sehingga
perusahaan memandang perlu dilakukannya reorganisasi secara besar-besaran.
Jenis perubahan ini biasanya dilakukan ketika perusahaan melakukan merger atau
akuisisi namun masih dalam industri yang sama. Proses akuisisi dan merger
dapat menjadi lebih kompleks jika perusahaan bermaksud
mengintergrasikan kedua perusahaan secara utuh.
e) Organizational Redirection : Dalam hal ini perusahaan melakukan perubahan orientasi sedemikian rupa
sehingga merubah industri yang dimasuki, merubah misi, keahlian dan
sebagainya. Organizational Redirection juga dapat terjadi
ketika suatu perusahaan melakukan merger atau akuisisi terhadap perusahaan yang
berasal dari industri yang sama sekali beda. Jenis perubahan ini merupakan
perubahan yang paling kompleks.
Esensi
perbedaan diantara lima level perubahan di atas dapat disajikan dalam tabel
berikut.
Level
Perubahan Strategi
|
PERUBAHAN
|
INDUSTRI
|
ORGANISASI
|
PRODUK
|
PASAR
|
|
1. Continuation
|
Sama
|
Sama
|
Sama
|
Sama
|
|
2. Routine Change
|
Sama
|
Sama
|
Sama
|
BARU
|
|
3. Limited Change
|
Sama
|
Sama
|
BARU
|
BARU
|
|
4. Radical Change
|
Sama
|
BARU
|
BARU
|
BARU
|
|
5. Organizational
Redirection
|
BARU
|
BARU
|
BARU
|
BARU
|
B. Menganalisis Struktur Organisasi
Perubahan
strategi perusahaan mungkin akan membutuhkan beberapa perubahan dalam
organisasi dan juga keahlian yang dibutuhkan pada posisi-posisi tertentu. Studi
yang dilakukan Chandler terhadap beberapa perusahaan besar Amerika Serikat
seperti DuPont, General Motors, Sears dan Standard Oil disimpulkan bahwa
berbagai perubahan yang terjadi dalam implementasi strategi akan
mengarah pada perubahan struktur organisasi. Berbagai penelitian juga
menunjukkan bahwa struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang
sesuai dengan strategi. Dengan kata lain struktur organisasi mengikuti
strategi. Oleh karena itu, penetapan stuktur organisasi merupakan
salah satu faktor penting dalam implementasi strategi agar
semua aktivitas perusahaan yang diakibatkan perubahan tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik. Struktur organisasi akan membantu mempertajam
aktivitas kunci perusahaan dan memperlihatkan pola koordinasi yang diterapkan
dalam menjalankan strategi. Dalam hal ini, aspek strategi, stuktur
dan lingkungan harus terpadu dalam satu kesatuan, atau
jika tidak, maka kinerja perusahaanakan lemah.
Berdasarkan
pemikiran di atas, maka para manajer strategis harus
memperhatikan bagaimana perusahaan mereka akan “distruktur” agar
semua aktivitas perusahaan dapat dilakukan dengan baik.
Haruskah berbagaiaktivitas yang ada dikelompokkan? Haruskah kewenangan untuk
membuat keputusan penting dipusatkan di kantor pusat atau cukup
didesentralisasikan pada manajer-manajer di kantor cabang? Haruskah
perusahaan dikelola secara ketat dengan menerapkan berbagai peraturan
dan pengawasan, atau dikelola secara longgar dengan hanya sedikitperaturan dan
pengawasan? Haruskah perusahaan menggunakan struktur organisasi yang tinggi dengan
banyak jenjang dengan alasan untuk memberikan
pengawasan yang lebih baik terhadap karyawan; atau cukup diorganisasi
dalam struktur yang lebih mendatar dengan sedikit tingkatan manajer dalam
upaya memberikan lebihbanyak kebebasan dalam memimpin? Sebagai
contoh, perusahaan otomotif Ford memiliki struktur
organisasi yang tinggi dengan 15 tingkatan
manajer, sementara Toyota relatif datar dengan hanya
memiliki tujuh tingkatan manajer. Apakah Toyota atau Ford yang
memiliki struktur “yang lebih baik”?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dan pertanyaan lainnya, manajer strategis harus
memahami lebih dahulu berbagai bentuk struktur organisasi, diantaranya adalah:
a. Struktur Organisasi
Sederhana
Struktur organisasi sederhana ini hanya memiliki dua tingkatan,
yaitu pemilik dan pekerja. Perusahaan kecil dengan satu produk atau beberapa
produk lain yang saling berhubungan, biasanya menggunakan struktur
organisasi ini. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan struktur organisasi sederhana
ini biasanya dikelola oleh pemiliknya sendiri yang sekaligus menangani
pekerjaan lain yang berhubungan dengan sebuah produk. Artinya, dalam struktur
sederhana ini, pemilik perusahaan cenderung mengambil semua keputusan penting
secara sendiri, dan terlibat langsung dalam setiap tahap kegiatan perusahaan.
Struktur organisasi
sederhana memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan struktur
organisasi sederhana adalah :
ü Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat
ü Sistemnya (imbalan, pengawasan dll) tidak rumit
ü Tidak mahal
Sedangkan
kelemahan dari struktur sederhana adalah:
ü Cenderung berfokus pada pemilik perusahaan
ü Kesempatan untuk peningkatan karir relatif kecil
ü Dibutuhkan kemampuan yang lebih untuk pemilik perusahaan
ü Tidak sesuai untuk organisasi yang besar
b. Struktur Organisasi
Fungsional
Dalam
struktur organisasi fungsional, setiap manajer yang mempunyai
spesialisasi fungsional menggantikan tempat dan peranan si pemilik
perusahaan. Transisi menuju spesialisasi ini membutuhkan sebuah
perubahan substansial dalam gaya manajemen pimpinan perusahaan. Sebagai
organisasi yang menumbuhkan dan mengembangkan sejumlah produk dan pasar
yang berkaitan, struktur organisasi ini secara teratur berubah untuk
merefleksikan spesialisasi yang lebih besar.
Struktur
organisasi fungsional ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
v Efisiensi melalui spesialisasi
v Komunikasi dan jaringan keputusannya relatif sederhana
v Mempertahankan tingkat pengendalian strategi pada level manajemen puncak
v Dapat mendelegasi keputusan operasional sehari-hari
v Mempermudah pengukuran output dan hasil dari setiap fungsi
Sedangkan kekurangan
dari struktur organisasi
fungsional adalah:
v Menyebabkan spesialisasi yang sempit
v Dapat mendorong timbulnya persaingan dan konflik antar fungsi
v Mengakibatkan sulitnya koordinasi di antara bidang-bidang fungsional
v Dapat menyebabkan tingginya biaya koordinasi antar fungsi
v Identifikasi karyawan dengan kelompok spesialis dapat membuat perubahan
menjadi sulit
v Membatasi pengembangan keterampilan manajer yang lebih luas
c. Struktur Organisasi
Divisional
Ketika
perusahaan berkembang, perusahaan mulai memfokuskan perhatiannya pada
pengelolaan berbagai lini produk di berbagai industri dan mendesentralisasikan
wewenangnya dalam pengambilan keputusan. Ketika perusahaan mulai melakukan
akuisisi dan mengembangkan berbagai produk baru dalam industri dan pasar yang
berbeda, biasanya mengubah strukturnya menjadi struktur organisasi yang
terdiri dari beberapa divisi. Tiap-tiap divisi dapat beroperasi
sendiri-sendiri dibawah pengarahan seorang manajer divisi yang bertanggungjawab
langsung kepada CEO. Dalam struktur organisasi divisional, manajer divisi dapat
mengembangkan strategi untuk masing-masing divisinya dan mungkin saja mereka
menghadapi persaingan yang berbeda dengan divisi lainnya sehingga strategi yang
ditempuh mungkin juga berbeda dengan divisi lainnya. Pada organisasi
divisional, divisi-divisi tersebut dapat menjadi tempat yang baik untuk
“melatih” para manajer muda. Selain itu juga merupakan tempat yang baik
dalam mengembangkan “intuisi” kewiraswastaan serta meningkatkan sejumlah pusat
inisiatif dalam suatu perusahaan.
Sebagaimana struktur organisasi yang lain, struktur organisasi divisional
ini juga mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan
struktur organisasi divisional antara lain:
v Koordinasi antarfungsi menjadi lebih mudah dan cepat
v Mempunyai fleksibilitas pada struktur perusahaan
v Spesialisasi pada setiap divisi dapat dipertahankan
v Kesempatan karir lebih terbuka
v Menimbulkan kompetisi di dalam organisasi
v Beban rutin CEO berkurang sehingga mempunyai waktu untuk keputusan
strategis
Sedangkan kekurangan struktur organisasi divisional antara
lain:
v Mengkibatkan turunnya komunikasi antara spesialisasi funsional
v Sangat potensial untuk menimbulkan persaingan antar divisi
v Pendelegasian yang besar dapat menimbulkan masalah
d. Struktur Strategic
Business Unit (SBU)
Ketika
struktur organisasi divisional menjadi sulit diterapkan karena CEO mempunyai
terlalu banyak divisi yang harus diurus, maka salah satu solusinya adalah
perusahaan mengubah struktur organisasinya dalam bentuk strategic
business unit (SBU) atau strategic groups. Struktur SBU
ini mengelompokkan sejumlah divisi berdasarkan pada beberapa aspek seperti lini
produk atau pasar.
Adapun kelebihan
struktur SBU antara lain:
Ø Tanggungjawab setiap SBU jelas
Ø Memperbaiki koordinasi
Ø Sistem pengawasan untuk organisasi yang terdiversifikasi menjadi lebih
mudah
Ø Masing-masing SBU lebih memahami lingkungan khususnya
Sedangkan kekurangan stuktur
SBU antara lain:
Ø Struktur lebih tinggi
Ø Biaya lebih tinggi
Ø Berpotensi menimbulkan persaingan antar SBU dalam memperebutkan sumberdaya
e. Struktur Organisasi Matriks
Struktur
organisasi matriks digunakan untuk memudahkan pengembangan pelaksanaan beragam
program atau proyek. Setiap departemen dikepalai oleh vice precident
yang mempunyai tanggungjawab fungsional bagi seluruh proyek. Sedangkan
setiap manajer proyek mempunyai “project responsibility” untuk penyelesaian dan
implementasi strategi. Untuk mengetahui format struktur organisasi matriks,
perhatikan gambar berikut.
Sebagaimana struktur-struktur organisasi lainnya, struktur organisasi
matriks juga mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan struktur organisasi matriks antara lain adalah:
Ø Sesuai untuk beban kerja yang fluktuatif
Ø Tujuan proyek menjadi lebih jelas
Ø Memungkinkan untuk merespon pada beberapa sektor lingkungan secara serentak
Ø Banyak jalur untuk melakukan komunikasi
Ø Pekerjaan dapat dipahami secara lebih jelas
Adapun kelemahan struktur organisasi matriks antara lain:
Ø Strukturnya sangat rumit
Ø Biaya relatif tinggi
Ø Memungkinkan timbulnya dualisme kepemimpinan
Ø Relatif sulit karena terdapat kepentingan ganda sehingga memerlukan
koordinasi kuat
2.4.5 Menganalisis Budaya Perusahaan
1. Peranan Budaya Perusahaan dalam Implementasi Strategi
Organisasi
perusahaan yang dirancang untuk mengimplementasikan suatu strategi sesungguhnya
jauh lebih kompleks dibandingkan dengan format struktur organisasi yang
digambarkan dalam sebuah bagan. Diluar bagan tersebut, sesungguhnya ada
hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian manajemen dalam
proses implementasi, yaitu budaya perusahaan. Budaya perusahaan mirip
dengan kepribadian seseorang. Budaya perusahaan merupakan norma atau nilai yang
dianut bersama (shared value) yang menjadi dasar bertindak
seorang indvidu dalam organisasi. Budaya perusahaan inilah yang dapat
menyebabkan mengapa suatu strategi dapat diimplementasikan
pada suatu perusahaan, sedangkan pada perusahaan yang lain strategi
tersebut gagal diimplementasikan kendati kedua perusahaan
tersebut menghadapi kondisi yang relatif sama. Makin banyak anggota
yang menerima nilai-nilai inti yang dianut perusahaan dan merasa sangat terikat
kepadanya, maka akan semakin kuat budaya tersebut.
Karena
budaya perusahaan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku seluruh pegawai,
maka budaya perusahaan juga berpengaruh besar dalam mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam mengubah arah strateginya. Perubahan dalam misi, sasaran, strategi atau
kebijakan suatu perusahaan, kemungkinan akan gagal jika dalam perusahaan
tersebut ada pihak yang melakukan oposisi secara kuat terhadap budaya
yang dianut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jika implementasi suatu strategi akan mengakibatkan suatu perubahan,
dan langkah-langkah untuk melakukan perubahan tersebut dalam
praktiknya tidak sesuai dengan budaya perusahaan tersebut, maka ada
kemungkinan akan timbul penolakan atau hambatan-hambatan. Sedangkan
jika langkah-langkah yang diambil sesuai dengan budaya perusahaan tersebut,
maka proses implementasi strategi akan lebih mudah dilakukan.
2. Menilai Strategis Kesesuaian Strategi-Budaya
Mengingat
budaya perusahaan mempunyai pengaruh besar terhadap suksesnya implementasi
strategi, maka pihak manajemen harus melakukan analisis untuk menilai
kesesuaian antara rumusan strategi dengan budaya perusahaan. Untuk itu pihak
manajemen dapat mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apakah strategi yang dirumuskan sesuai dengan budaya perusahaan saat
ini?
Jika
jawabannya adalah “ya”, mulailah dengan segera. Gabungkanlah
perubahan-perubahan organisasional dengan budaya perusahaan dengan
mengidentifikasi bagaimana strategi baru tersebut akan mencapai misi yang telah
ditetapkan dengan lebih baik daripada strategi yang sebelumnya
dijalankan.
b. Jika strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saat
ini, dapatkah budaya tersebut dimodifikasi dengan mudah
sehingga lebih cocok dengan strategi yang baru?
Jika jawabannya adalah “ya”, jalankan strategi baru tersebut dengan hati-hati
dengan memperkenalkan serangkaian kegiatan perubahan budaya, misalnya
modifikasi kecil terhadap struktur, kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM,
mempekerjakan manajer-manajer baru yang lebih cocok dengan strategi baru.
c. Jika budaya perusahaan tidak dapat berubah dengan mudah dalam
menyesuaikan dengan strategi baru, apakah pihak perusahaan bersedia
dan mampu membuat perubahan organisasional yang besar dan menerima kemungkinan
penundaan dalam mengimplementasi strategi baru dan menerima kemungkinan meningkatnya
biaya?
Jika jawabannya adalah “ya”, pihak manajemen harus mampu mengubah budaya saat
ini dengan menetapkan sebuah unit struktural baru untuk mengimplementasikan
strategi baru.
d. Jika pihak perusahaan tidak bersedia membuat perubahan organisasional yang
besar yang menuntut dilakukannya perubahan dalam mengelola budaya perusahaan,
apakah seluruh SDM dalam perusahaan tersebut masih mempunyai komitmen untuk
mengimplementasikan strategi tersebut?
Jika
jawabannya adalah “ya”, carilah partner kerja dalam usaha patungan atau
mengkontrakkan strategi tersebut untuk mengimplementasikannya. Jika jawabannya
adalah “tidak”, rumuskanlah strategi lainnya.
2.4.6 Menganalisis Gaya Kepemimpinan
Implementasi
strategi biasanya berkaitan erat dengan perubahan, oleh karena itu tidaklah
mengherankan masalah kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan perlu
dicermati secara teliti dalam implementasi strategi. Gaya kepemimpinanlah yang
akan berpengaruh terhadap cara-cara berkomunikasi serta proses
pengambilan keputusan di dalam perusahaan di mana semua itu nantinya akan
bermuara pada terbentuknya budaya perusahaan.
Terdapat
berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara umum teori-teori
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar, yaitu:
1. Gaya kepemimpinan yang berkesan administrator. Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada
aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika
mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya
cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited
change.
2. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan
pada proses analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi yang
diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada
rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini
sangat mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk
akal serta kuantitatif.
3. Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang
sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik.
Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut
pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.
4. Gaya kepemimpinan entepreneur. Gaya
kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir
serta kurang mengutamakan pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya
kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar
yang tinggi.
Dalam era
turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap pemimpin harus siap dan
dituntut mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada gaya
kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin harus mampu mengelola
perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya organiasi yang tidak lagi
kondusif dan produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam, pandai
mengelola keragaman dan mendorong terus proses pembelajaran
karena dinamika perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin
ketat.
2.4.7
Implementasi
dan Evaluasi Strategi
Tahap implementasi dan evaluasi strategi ini merupakan tahap
akhir dalam implementasi strategi. Dalam tahap ini manajemen sudah harus
mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkat perubahan yang diinginkan, baik
menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan maupun gaya kepemimpinan.
Menurut Thomas V. Bonoma dalam Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah (1999),
untuk melakukan tahap implementasi dan evaluasi strategi dengan baik dan
berhasil, manajemen perusahaan perlu terbiasa dan membiasakan diri dengan empat
jenis keahlian dasar, yaitu:
1. Kemampuan Berinteraksi (Interacting Skills)
Kemampuan
ini ditunjukkan dengan kapabilitas manajemen perusahaan dalam berinteraksi dan
berempati dengan berbagai perilaku dan sikap orang lain untuk mencapai
tujuannya.
2. Kemampuan Mengalokasi (Allocation Skills)
Kemampuan ini diperlukan untuk menunjang kemampuan manajemen dalam
menjadwallkan tugas-tugas, anggaran waktu, serta sumberdaya-sumberdaya lain secara
efisien.
3. Kemampuan Memonitoring (Monitoring Skills)
Kemampuan ini meliputi kapabilitas perusahaan dalam menggunakan informasi
secara efisien untuk memperbaiki atau menyelesaikan berbagai masalah yang timbul
dalam proses implementasi.
4. Kemampuan Mengorganisasikan (Organizing Skills)
Merupakan kemampuan untuk menciptakan jaringan atau organisasi informal dalam
rangka menyesuaikan diri dengan berbagai masalah yang mungkin terjadi.
Setelah melakukan implementasi strategi, agar manajemen dapat mengetahui bahwa
strategi yang telah diimplementasikan sudah sesuai dengan strategi yang
telah diformulasikan, maka strategi tersebut harus dievaluasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pengertian Manajemen Strategik
Manajemen strategis sendiri
merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat
mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat
oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu
organisasi, untuk mencapai tujuan.
3.1.2 Pentingnya Manajemen Strategik
Perencanaan strategi termasuk
penggunaan visi dan misi perusahaan merupakan alat bantu dan teknik yang
popular yang di gunakan oleh perusahaan – perusahaan.strategi planning
istilahnya muncul sebagai alat bantu manajemen yang paling luas di gunakan dan
paling memuaskan pelaku bisnis itu secara siknifikan
3.1.3 Karakter Keputusan Strategik
v Jarang,
extraordinary, sebuah putusan strategi selalu memiliki implementasi
luas dalam organisasi.
v Signifikan,
penting, derajat keputusan strategis selalu penting dan
melibatkan sumberdaya dan komitmen yang besar.
v Berdampak
luas, keputusan strategic berdampak dan menjadi dasar bagi keputusan –
keputusan selanjutnya bagi keseluruhan organusasi
3.1.4 Peran Dewan Komisaris
v Memonitor,
komisaris harus selalu melihat perkembangan atau progress yang terjadi atas
rencana strategis perusahaan
v Mengevaluasi
dan mempengaruhi, komisaris mempelajari usulan, keputusan dan tindakan
manajemen
3.1.5 Peran Penting Komisaris
Dalam teori “ a theory of board
directed strategik change” di cantumkan bahwa dewan komisaris pada dasarnya
berperen signifikan, dalam ;
v Menentukan
perubahan strategik yang secara efektif dan selaras dengan strategi korporat.
v Menggunakan
suksesi direktur utama / CEO dengan merekut direktur utama dari luar untuk
menginisiasi proses perubahan
v Memilih
direktur utama baru yang memiliki pengalaman sebelumnya dengan sterategi yang
baru, yang nantinya akan di jalan kan.
3.1.6 Permasalahan yang Sering d Alami komisaris
Dalam praktiknya permasalahan
terkait dengan komisaris sering kali terjadi, biasanya permasalahan yang muncul
adalah ;
v Tidak adanya
pemisahan yang tegas antara direksi dan komisris
v Komposisi ke
anggotaan
v Proses
nominasi yang tidak transparan
v Rendahnya
independensi
3.1.7 Prinsip
– prinsip Tata Kelola Perusahaan
Ada lima prinsip yang kini banyak di sepakati yaitu ;
v Transparasi
v Akuntabilitas
v Responsibilitas
v Independen
v Kesetaaan
dan kewajiban
3.2 Saran
Untuk menjalankan manajemen puncak
seseorang di tuntut untuk memiliki kecakapan dan wawasan yang beragam, untuk
itu untuk menduduki posisi tersebut sese orang di tuntut memiliki pengalaman –
pengalaman yank panjang di bidang ini. Dan untuk menduduki posisi manajemen
puncak ini harus memiliki tanggung jawab besar. Seorang direktur memiliki
tanggung jawab antara lain ;
v Memimpin
pelaksanaan misi dan memberikn visi strategic
Memimpin melaksanakan misi di sini maksudnya adalah
bahwa direktur utama mengarahkan semua aktifitas agar perusahaan mancapai tujuannya
v Mengelola
Proses Perencanaan Strategi
Manajemen puncak mempunyai peran penting dalam
menyesuaikan proses perencanaan strategik perusahaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar