STUDI KELAYAKAN BISNIS
STUDI KASUS KRITERIA INVESTIGASI PENELITIAN
(IRR) (NPV) (PP) (PI) (ARR)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Di dalam mengembangkan
suatu system informasi perlu dipertimbangkan investasi yang dikeluarkan sebab
menyangkut kepada dana perusahaan. Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil
dari sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka system informasi ini dikatakan
tidak bernilai atau tidak layak. Untuk itu perlu dilakukan penganggaran
modal (capital budgeting). Istilah penganggaran modal (capital budgeting)
digunakan untuk melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan pengeluaran
modal, seperti untuk pembelian ekuipment baru, untuk memperkenalkan produk
baru, dan untuk memodernisasi fasilitas pabrik. Dengan demikian, keputusan
penganggaran modal merupakan suatu factor penting dalam rentabilitas jangka
panjang sutu perusahaan. Hal ini benar terutama dalam situasi suatu perusahaan
hanya mempunyai dana yang terbatas untuk investasi, tetapi mempunyai kesempatan
untuk memilih investasi yang hamper tidak terbatas yang akan mengahasilkan
keuntungan terbesar. Prose pemilihan ini dipersulit oleh kenyataan bahwa
sebagian besar kesempatan investasi itu bersifat jangka panjang, dan masa depan
itu seringkali merupakan masa yang ssangat panjang dan sulit untuk meramalkan
masa depan tersebut.
Untuk membuat keputusan
investasi secara bijak, manajer memerlukan alat yang tersedia baginya yang akan
membimbing mereka dalam membandingkan keuntungan relative dan kerugian relative
berbagai alternative investasi, salah satunya dengan menggunakan metode “Net
Present Value”.
Dalam pengambilan
keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan
yang penting. Opportunity cost merupakan
pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya
alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru,
harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi
pada mesin baru.
Dalam prinsip akuntansi yang lazim, biaya bunga modal
sendiri tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan
investasi, biaya modal sendiri justru harus diperhitungkan.
Analisis biaya dalam keputusan investasi lebih
dititikberatkan pada aliran kas, karena saat penelimaan kas dalam investasi
memilki nilai waktu uang. Satu rupiah yang diterima sekarang lebih berharga
dibandingkan dengan satu rupiah yang diterima di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, meskipun untuk perhitungan laba perusahaan, biaya diperhitungkan
berdasarkan asas akrual, namun dalam perhitungan pemilihan investasi yang
memperhitungkan nilai waktu uang, biaya yang diperhitungkan adalah biaya tunai.
Karena
keputusan investasi didasarkan pada aliran kas, maka pajak atas laba merupakan
unsur informasi penting yang ikut dipertimbangkan dalam perhitungan aliran kas
untuk pengambilan keputusan investasi. Jika suatau usulan investasi diperkirakan
akan mengakibatkan penghematan biaya atau tambahan pendapatan, maka disisi lain
akan mengakibatkan timbulnya laba diferensial, yang akan menyebabkan tambahan
pajak penghasilan yang akan dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu dalam
memperhitungkan aliran kas keluar dari investasi, perlu diperhitungkan pula
tambahan atau pengurangan pajak yang harus dibayar akibat adanya penghematan
biaya atau penambahan pendapatan tersebut dan sebaliknya.
Dalam
pemilihan usulan investasi, manajemen memerlukan informasi akuntansi sebagai
salah satu dasar penting untuk menentukan pilihan investasi. Informasi
akuntansi dimasukkan dalam suatu model pengambilan keputusan yang berupa
kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan manajemen memilih investasi
terbaik di antara alternatif investasi yang tersedia.
Ada
beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih
berbagai macam alternatif investasi.
v Pay back
method
v Average
return on investment
v Present
value
v Discounted
cash flow (Internal Rate of Return)
v Modified
Internal Rate of Return (MIRR)
v Profitability
Index (PI)
Namun
penulis hanya menggunakan satu metode saja yaitu metode present value dan apa
pengaruhnya dalam penganggaran modal tersebut.
Karena pertimbangan-pertimbangan tersebut, penulis
tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana pengaruh metode present value pada
capital budgeting pada suatu perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode-Metode Evaluasi Proyek
Keputusan
investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara
ketiga keputusan jangka
panjang yang diambil manajer keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman
modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan
tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai
perusahaan.
Pada
umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi
adalah sebagai berikut:
1.
Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2.
Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan
investasi tersebut.
3.
Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan
menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.
4.
Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi
tersebut.
Untuk
menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode
konvensional dan metode non-konvensional (discounted cash flow). Dalam metode
konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas
rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return,
sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur
profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan
Internal Rate of Return (IRR).
B. NET PRESENT
VALUE (NPV)
NPV merupakan
selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon
faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa
yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV
diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan
pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang
direncanakan. Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas yang
didiskontokan.
Menurut Kasmir (2003:157) Net Present
Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas
bersih dengan PV Investasi selama umur investasi. Sedangkan menurut Ibrahim
(2003:142) Net Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah
di diskon dengan menggunakan social opportunity cost of
capital (SOCC) sebagai discount factor.
Arus kas masuk dan keluar yang didiskontokan pada saat
ini ( Present Value / PV ) yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek
tersebut dihitung dengan rumus :
t : waktu arus kas
i : suku bunga diskonto yang digunakan
Rt : arus kas bersih ( the net cash flow )
dalam waktu t
Pada tabel
berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi yang
akan dilakukan.
|
Bila
|
Berarti
|
Maka
|
|
NPV > 0
|
Investasi
yang dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan.
|
Proyek
bisa dijalankan.
|
|
NPV < 0
|
Investasi
yang dilakkukan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
|
Proyek di
tolak.
|
|
NPV = 0
|
Investasi
yang dilakukan tidak akan perusahaan untung atau rugi.
|
Kalau
proyek dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada
perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain
misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan.
|
Langkah menghitung NPV:
1) Tentukan
nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang
didiskontokan pada biaya modal proyek,
2) Jumlahkan
arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV
proyek,
3) Jika NPV
adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif,
maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah
mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih .
NPV sebesar
nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk membayar
kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang
diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV positif, maka proyek
tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang
dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada pemegang saham perusahaan.
Keunggulan
NPV = menggunakan konsep nilai waktu uang (time value of money). Maka sebelum
penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah mengetahui atau
menaksir aliran kas masuk di masa yang akan datang dan aliran kas keluar.
Di dalam aliran
kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a)
Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah
pajak,
b)
Informasi terebut haruslah didasarkan atas
“incremental” (kenaikan atau selisih) suatu proyek. Jadi harus diperbandingkan
adanya bagaimana aliran kas seandainya dengan dan tanpa proyek. Hal ini penting
sebab pada proyek pengenalan produk baru, bisa terjadi bahwa produk
lama akan “termakan” sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam pemasaran,
c)
Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur
bunga, apabila proyek itu direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman.
Biaya bunga tersebut termasuk sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required
rate of return) untuk penilaian proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan
unsur bunga di dalam perhitungan aliran kas ke luar, maka akan terjadi
penghitungan ganda.
Nilai
Sekarang Net (Net Present Value = NPV)
Merupakan
selisih antara nilai pasar proyek dan harga perolehannya (cost)
NPV =PV Cash
Inflow – Initial Cost
NPV = Nilai
sekarang dari arus kas masuk – biaya investasi
Berapa nilai
yang dihasilkan dari investasi tersebut?
Langkah
pertama adalah memperkirakan arus kas mendatang yang diharapkan.
Langkah
kedua adalah memperkirakan hasil (return) yang diinginkan dari proyek pada
tingkat resikonya.
Langkah
ketiga adalah menghitung nilai sekarang dari arus kas masuk dan dikurangi
dengan nilai investasi awal (harga perolehan).
Contoh :
Sebuah
proyek diperkirakan memiliki arus kas (cash flow = CF) sebagai
berikut (yang bertanda negative berarti arus kas keluar / pengeluaran kas
sedangkan yang bertanda positif berarti arus kas masuk / penerimaan kas) :
Tahun 0 : CF
= -Rp 165 miliar
Tahun 1 : CF
= Rp 63,12 miliar ; NI = Rp 13,62 miliar
Tahun 2 : CF
= Rp 70,80 miliar ; NI = Rp 3,30 miliar
Tahun 3 : CF
= Rp 91,08 miliar ; NI = Rp 29,10 miliar
Nilai Buku
Rerata (average) = Rp 72 miliar
Hasil yang
diharapkan dari proyek tersebut pada tingkat resiko yang dihadapi sebesar 15%.
Diharapkan
proyek tersebut akan balik modal dalam waktu 2 tahun.
Pengambilan
Keputusan
Pada metode
Nilai Sekarang Neto (Net Present Value = NPV) , Jika nilai NPV positif maka
proyek diterima dan sebaliknya.
Bila NPV
bernilai positif berarti proyek tersebut diharapkan akan menambah nilai
perusahaan dan akan meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan.
Karena
tujuan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan, NPV merupakan
ukuran langsung seberapa baik proyek dapat mencapai tujuan tersebut.
Untuk contoh
di atas,nilai NPV nya sbb (dalam miliaran rupiah) :
NPV = -165 +
63,120/(1.12) + 70,8/(1.12)^2 + 91,08/(1.12)^3 = 12,62741
Karena nilai
NPV positif Rp 12,63 miliar, berarti proyek tersebut diterima.
NPV – Test
Kriteria Keputusan :
1)
NPV memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini
terlihat dari adanya diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap
periodenya.
2)
NPV memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas
(pada soal di atas sudah tertulis hasil yang diharapkan mencerminkan tingkat
resiko yang dihadapi)
3)
NPV memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan
(adanya tambahan kekayaan sebesar Rp 12,63 miliar)
Karena NPV
memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka NPV merupakan metode yang baik.
C. INTERNAL
RATE OF RETURN (IRR)
Metode ini untuk membuat peringkat
usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang
dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya
proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.
IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari
suatu investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju
pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian
apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan
lain-lain). IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau
tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus
lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return (MARR) . MARR
adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan
oleh seorang investor.
Penerimaan
atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan
tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih
besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima,
apabila lebih kecil diterima.
IRR adalah nilai discount rate i
yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk
mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity
cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep
dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan
sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat
atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.
Tingkat
Hasil Internal (Internal Rate of Return = IRR)
IRR
merupakan metode alternative NPV yang terpenting.
IRR sering
digunakan dalam prakteknya dan menarik secara intuisi.
IRR
didasarkan atas arus kas perkiraan dan tidak terikat pada tingkat suku bunga.
IRR
merupakan tingkat hasil yang menghasilkan NPV = 0.
Suatu proyek
diterima menurut IRR, bila IRR lebih besar dari hasil yang diharapkan.
Cara
menghitungnya dengan proses coba-coba (trial and error).
Misalkan (nilai
dalam miliaran rupiah)
R =
15% NPV = -165 + 62,12/(1+15%) + 70,8/(1+15%)^2 + 91,08/(1+15%)^3 = -3,309
R =
17% NPV = -165 + 62,12/(1+17%) + 70,8/(1+17%)^2 + 91,08/(1+17%)^3 = 2,463
Selisih=2% 5,772
IRR = 15% +
3,309/5,772*2% = 16,15% atau
=
17% - 2.463/5,772*2% = 16,15%
Karena IRR =
16,15% > hasil yang diharapkan (RRR = 12%), maka proyek tersebut diterima.
IRR – Test
Kriteria Keputusan :
1)
IRR memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini
terlihat dari adanya perhitungan diskonto terhadap arus kas yang diperoleh
setiap periodenya.
2)
IRR memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas
(semakin besar resikonya, hasil yang diharapkan semakin besar).
3)
IRR memberikan informasi tentang kenaikan nilai
perusahaan (IRR berkaitan dengan perhitungan NPV)
Karena IRR
memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka IRR merupakan metode alterantif yang
baik.
Kelebihan
IRR : mengetahui hasil merupakan hal yang menarik secara intuisi, mudah untuk
mengkomunikasikan nilai proyek kepada seseorang yang tidak tahu rincian
perkiraan secara rinci.
Jika IRR
relative tinggi, maka tidak perlu memperkirakan hasil yang diinginkan (required
return / RRR), yang sering merupakan suatu tugas yang sulit.
Ringkasan
keputusan atas proyek berdasarkan metode :
NPV :
proyek diterima
PP :
proyek ditolak
DPP :
proyek ditolak
ARR :
proyek ditolak
IRR :
proyek diterima
NPV vs. IRR
Pada umumnya metode NPV dan IRR
mengarahkan kita untuk mengambil keputusan yang sama. Namun terdapat 2
kekecualiaan yakni :
ü Arus kas
tidak konvensional yakni arus kas yang berubah-ubah tandanya lebih dari sekali.
Bila arus kas berubah-ubah tandanya
(dari negative ke positif lalu negative kembali misalnya), maka akan terdapat
beberapa IRR (garisnya tidak lagi linear melainkan non linear). Karena saat
mencari IRR, kita mencari akar dari persamaan, jika garis yang terbentuk
melewati sumbu X ebih dari sekali, maka akan terdapat lebih dari satu hasil
yang memenuhi persamaan tersebut. Masalahnya : bila terdapat lebih dari satu
IRR, mana yang akan dipakai dalam membuat keputusan?
Contoh : sebuah investasi memerlukan
pengeluaran sebesar Rp 90 miliar dan akan menghasilkan arus kas untuk tahun
pertama Rp 132 miliar, tahun kedua Rp 100 miliar dan tahun ketiga negative Rp
150 miliar. Jika hasil yang dikehendaki 15%, apakah investasi tersebut akan
diterima? Jika dicari maka IRR ada 2 yakni >15% (berarti investasi tersebut
diterima) dan 10,11% (berarti proyek diterima). Mana yang dipilih?
ü Proyek yang
bersifat mutually exclusive (untuk proyek-proyek yang berbeda ukuran skala dan
waktu arus kas yang berbeda).
Pada proyek yang bersifat mutually
exclusive, jika kita menerima proyek yang satu , maka kita menolak proyek
lainnya. Misalnya : Jika terdapat pilihan untuk menghadiri wisuda di Harvard
atau Stanford pada saat yang bersamaan. Kita tidak dapat hadir pada keduanya.
Untuk setiap proyek, maka secara intuisi kita akan mengambil keputusan :
pilihlah proyek yang memiliki nilai NPV atau IRR yang lebih tinggi.
Contoh : Proyek yang bersifat
Mutually Exclusive (nilai dari miliaran rupiah)
|
Periode
|
Periode A
|
Periode B
|
|
0
|
Rp 500
|
Rp 400
|
|
1
|
Rp 325
|
Rp 325
|
|
2
|
Rp 325
|
Rp 200
|
|
IRR
|
19,43%
|
22,17%
|
|
NPV
|
Rp 64,05
|
Rp 60,74
|
Jika hasil
yang dikehendaki untuk kedua proyek tersebut 10%, manakah proyek yang akan
diterima?
NPV mengukur
langsung kenaikan nilai persahaan.
Bila
terdapat konflik antara NPV dan metode lainnya, maka gunakanlah NPV.
IRR tidak
dapat digunakan dalam situasi : arus kas non konvensional dan proyek-proyek
yang bersifat mutually exclusive.
Modified IRR
Caranya :
v Hitunglah
NPV dari seluruh pengluaran kas dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman
v Hitunglah
seluruh arus kas masuk mendatang dengan menggunakan tingkat bunga investasi
v Lalu carilah
tingkat hasil (return) yang menyamakan kedua nilai tersebut.
Manfaat :
satu jawaban dan tingkat hasil spesifik untuk meminjam dan melakukan investasi
kembali.
D. METODE
PAYBACK PERIODE (PP)
Payback period adalah suatu
metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara
initial cash investment dengan cash flow- nya yang hasilnya merupakan satuan
waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih
cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan.
Metode
payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana
perhitungannya, sehingga
banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu:
a) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.
b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana
investasi tercapai.
c) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.
Meskipun
metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus
digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini
tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari
likuiditas dan risiko investasi.
Keunggulan
metode payback period adalah sebagai berikut:
a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.
b)Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.
c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah
risiko kerugian.
Periode
Pengembalian Investasi (Payback Period = PP)
Berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali uang kas (dana) yang telah dikeluarkan
dalam suatu investasi.
Langkah-langkahnya
: perkirakan arus kas yang akan diperoleh. Lalu kurangkan arus kas mendatang
tersebut dari investasi awal sehingga seluruh nilai investasi tersebut dapat
ditutupi.
Suatu proyek
akan diterima bila periode pengembalian investasinya lebih cepat dibanding
batas waktu yang ditetapkan (preset limit).
Pada contoh
di atas perhitungan nya sbb (dalam jutaan rupiah) :
Investasi
awal -
Rp 165.000
Arus kas
masuk tahun-1 Rp 63.120
Saldo -
Rp 101.880
Arus kas
masuk tahun-2 Rp 70.000
Saldo -
Rp 31.080
Arus kas
masuk tahun-3 Rp 91.080
Saldo Rp 60.000
Dengan
demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 31,08 / 91,03 x 12 bulan = 2
tahun 4,09 bulan
Artinya
setelah tersebut berlangsung selama 2 tahun 4,09 bulan, investasi (proyek)
tersebut sudah kembali modal (dana yang sudah dikeluarkan saat melakukan
investasi pada proyek tersebut, sudah diperoleh kembali).
Namun karena
investasi tersebut balik modal setelah 2 tahun beroperasi, maka realisasi balik
modal selama 2 tahun 4,09 bulan terlalu lama. Dengan demikian proyek tersebut
ditolak.
Periode
Pengembalian Investasi (PP) – Tes Kriteria Keputusan
1)
PP tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time
value of money). Pada metode ini tidak ada perhitungan diskonto dari arus kas
yang diperoleh.
2)
PP tidak memperhitungkan resiko dari proyek. PP tidak
mengaitkan antara resiko dan hasil yang diinginkan. PP hanya mementingkan
berapa lama uang dikeluarkan dapat kembali.
3)
PP tidak memberikan informasi tentang pertambahan
nilai bagi perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah
tercapainya periode pengembalian investasi.
Mengingat PP
tidak lulus terhadap ketiga ujian (pertanyaan) tersebut, maka PP tidak bisa
dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan
dan kekurangan dari Metode PP
Kelebihan :
mudah dipahami (metode yang paling sederhana), selaras dengan ketidakpastian
arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang diperoleh maka semakin
lama kembali modalnya), menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).
Kelemahan :
mengabaikan nilai waktu dari uang, membutuhkan lamanya waktu balik modal
pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk pengembalian investasi),
mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode pengembalian investasi, bias
untuk proyek jangka panjang seperti riset dan pengembangan dll.
Periode
Pengembalian Investasi Terdiskonto (Discounted Payback Period = DPP)
Pada metode
ini, seluruh arus kas masuk (cash inflow / proceeds) dihitung nilai sekarangnya
(didiskontokan), baru dihitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan nilai investasi.
Lalu bandingkan
dengan lamanya waktu yang diinginkan.
Dengan
metode ini, proyek akan diterima bila lamanya proyek ini bisa mengembalikan
dana investasi selambat-lambatnya dalam waktu yang ditentukan tersebut.
Pada contoh
di atas , pertama kita hitung nilai sekarang dari arus kas (masuk)nya sbb :
Tahun
pertama : Rp 63,12 / (1+12%)^1 = Rp 56,357
Tahun
kedua : Rp 70,80 / (1+12%)^2 = Rp 56,441
Tahun
ketiga : Rp 91,08 / (1+12%)^3 = Rp 64,829
(dalam
jutaan rupiah)
Investasi
awal -
Rp 165.000
Arus kas
masuk tahun-1 Rp 56.357
Saldo -
Rp 108.643
Arus kas
masuk tahun-2 Rp 56.441
Saldo -
Rp 52.202
Arus kas
masuk tahun-3 Rp 64.827
Saldo Rp 12.627
Dengan
demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 52.202 / 64.827 x 12 bulan =
2 tahun 9,66 bulan
Artinya
setelah tersebut berlangsung selama 2 tahun 9,66 bulan, investasi (proyek)
tersebut sudah kembali modal (dana yang sudah dikeluarkan saat melakukan
investasi pada proyek tersebut, sudah diperoleh kembali).
Namun karena
investasi tersebut balik modal setelah 2 tahun beroperasi, maka realisasi balik
modal selama 2 tahun 9,66 bulan terlalu lama. Dengan demikian proyek tersebut
ditolak.
Periode
Pengembalian Investasi Terdiskonto (DPP) – Tes Kriteria Keputusan
a)
DPP memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value
of money). Pada metode ini sudah diperhitungkan diskonto dari arus kas yang
diperoleh.
b)
DPP tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang
tercermin dari hasil (return) yang dikehendaki.
c)
DPP tidak memberikan informasi tentang pertambahan
nilai bagi perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah
tercapainya periode pengembalian investasi.
Mengingat
DPP tidak lulus terhadap satu ujian (pertanyaan) tersebut, maka DPP tidak bisa
dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan
dan kekurangan dari Metode DPP
Kelebihan : memperhitungkan nilai
waktu dari uang, mudah dipahami, tidak menerima investasi dengan NPV negative
walau semua arus kas positif , menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).
Kelemahan
: mungkin menolak investasi yang memiliki NPV positif, membutuhkan lamanya
waktu balik modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk
pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode
pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan
pengembangan dll.
E. AVERAGE ACCOUNTING RETURN ( ARR )
Terdapat banyak defisini yang
berbeda untuk Hasil Akuntansi Rerata. Salah satunya :
Laba Bersih
Rerata / Nilai Buku Rerata
Dengan
catatan bahwa nilai buku rerata tergantung dari bagaimana aset disusutkan.
Pada metode
ini dibutuhkan tarif pembanding yang dijadikan dasar (target cutoff rate).
Menurut
metode ini , proyek akan diterima bila AAR lebih besar dari tarif yang
ditentukan tersebut.
Pada contoh
di atas, misalnya return akuntansi rerata yang dikehendaki 25%.
Laba bersih
rerata (dalam miliar rupiah) = (13,620 + 3,300 + 29,100) / 3 = 15,340
AAR = 15,340
/ 72,000 = 0.213 = 21.3%
Karena AAR
(21,3%) < return yang dikehendaki (25%), maka proyek tersebut ditolak.
Hasil Akuntansi Rerata (ARR) – Tes Kriteria Keputusan :
1)
ARR tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time
value of money).
2)
ARR tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang
tercermin dari hasil (return) yang dikehendaki.
3)
ARR tidak memberikan informasi tentang pertambahan
nilai bagi perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas
(menggunakan laba bersih).
Mengingat
ARR tidak lulus terhadap ujian (pertanyaan) tersebut, maka ARR tidak bisa
dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan
dan kekurangan dari Metode AAR :
Kelebihan :
mudah menghitungnya, informasi yang diperlukan biasanya tersedia.
Kelemahan : bukan
merupakan tingkat hasil yang sebenarnya (nilai waktu dari uang diabaikan),
menggunakan tarif pembanding yang arbitrar (subjektif), didasarkan pada laba
bersih dan nilai buku akuntansi (bukan arus kas dan nilai pasar).
F. PROFITABILITY INDEX ( PI )Profitability Index
(PI)
Metode ini untuk mengukur manfaat
per unit biaya didasarkan atas nilai waktu dari uang.
PI sebesar
1,1 berarti untuk setiap investasi sebesar Rp 1, akan menciptakan tambahan
nilai sebesar Rp 0,1 (yakni Rp 1,1 – Rp 1 nilai investasi).
Ukuran ini
sangat berguna saat modal yang tersedia jumlahnya terbatas.
Bila proyek
memiliki PI>1, maka proyek tersebut diterima.
Tidak dapat
digunakan untuk memberi peringkat proyek yang bersifat mutually exclusive.
Dapat
digunakan untuk membuat peringkat proyek dalam capital rasioning.
Kelebihan
dan kekurangan dari Metode PI :
Kelebihan : sangat mendekati metode
NPV, umumnya menghasilkan keputusan yang identik (sama), mudah dimengerti dan
dijelaskan, sangat bermanfaat bila dana investasi yang tersedia terbatas.
Kelemahan : dapat mengarah pada
keputusan yang keliru saat membandingkan investasi yang bersifat mutually
exclusive.
Penganggaran
Modal (capital budgeting) dalam penerapannya.
Kita
seharusnya mempertimbangkan beberapa kriteria investasi saat membuat keputusan.
Metode NPV
dan IRR merupakan metode yang paling umum dipakai untuk menilai investasi.
Payback
merupakan metode (kriteria) investasi kedua yang paling banyak digunakan.
contoh soal perhitungan Payback
Period, PI, IRR, NPV
CONTOH SOAL :
PT. Asthree akan melakukan investasi melalui pembelian
sebuah gudang seharga Rp. 80.000.000,-
Gudang tersebut mempunyai umur ekonomis 4 tahun dan
nilai residu Rp. 25.000.000,-
perusahaan membayar bunga 20 % dengan tingkat
pendapatan bersih sebagai berikut :
Tahun 1 : Rp. 2.500.000
Tahun 2 : Rp. 3.500.000
Tahun 3 : Rp. 4.500.000
Tahun 4 : Rp. 5.000.000
tentukan Payback periode, PI, ARR, NPV ?
jawaban :
Depresiasi = 80.000.000-25.000.000
= Rp. 13.750.000
4
|
tahun
|
EAT
|
Depresiasi
|
Proceed
|
DF
|
PV Proceed
|
|
1
|
2.500.000
|
13.750.000
|
16.250.000
|
0,833
|
13.536.250
|
|
2
|
3.500.000
|
13.750.000
|
17.250.000
|
0,694
|
11.971.500
|
|
3
|
4.500.000
|
13.750.000
|
18.250.000
|
0,579
|
10.566.750
|
|
4
|
5.000.000
|
13.750.000
|
18.750.000
|
0,482
|
9.037.500
|
|
15.000.000
|
|
25.000.000
|
0,482
|
12.050.000
|
|
|
|
|
|
57.162.000
|
Payback Periode :
Harga perolehan = 80.000.000
Residu
= 25.000.000 _
55.000.000
Proceed 1 = 16.250.000 _
38.750.000
proceed 2 = 17.250.000 _
21.500.000
proceed 3 = 18.250.000 _
( 3 tahun )
3.250.000
DAFTAR PUSTAKA
Garrison, Ray H. 1982. Akuntansi Manajemen (Manajerial Accounting). Brigham
YoungUniversity : Institute of Professional Accontancy.
Prawironegoro, Darsoono dan Ari Purwanti. 2008. Akuntansi Manajemen.
Jakarta : MitraWacana Media.